Rabu, 27 Mei 2015

Meningitis, radang selaput otak yang  
membahayakan
Oleh dr. Muhamad Yunus, SpBS. (dokter bedah saraf BLUD RS Menggala)

Baru-baru ini kita dikejutkan oleh kematian presenter kondang dalam usia muda. Diduga meningitis menjadi penyebab kematian almarhum. Selama ini kita mendengar kabar sakitnya, tetapi tidak mengetahui dengan pasti sebab sakit tersebut, sampai akhirnya dikabarkan meningitis yang akhirnya merenggut nyawa almarhum.
Mengenal meningitis
Dari asal bahasanya meningitis berasal dari kata meningen dan itis. Meningen berarti selaput otak, sedangkan itis berarti peradangan. Dengan demikian meningitis dapat dipahami sebagai peradangan selaput otak. Peradangan sendiri sebenarnya adalah upaya pertahanan tubuh untuk menyingkirkan berbagai gangguan pada tubuh serta mengembalikan tubuh ke dalam fungsi normalnya. Peradangan dapat terjadi akibat infeksi, cedera atau trauma, dan hal lain yang masih belum diketahui sebanya.
Selaput otak sendiri terdiri atas 3 lapisan, masalah utama pada meningitis sebenarnya bukan terletak pada lapisan otak itu sendiri. Dibawah lapisan otak kedua yang disebut lapisan araknoid, mengalir cairan otak yang banyak berperan penting dalam menunjang kinerja otak. Dalam dunia medis cairan otak ini dikenal sebagai Liquor Cerebero Spinal (LCS). LCS ini penting untuk memberi makan sel-sel otak, membersihkan otak dari sisa buangan otak, melawan infeksi, serta fungsi lainnya. Didalam, otak sendiri didapatkan kurang lebih 150 cc cairan otak yang terus bersirkulasi sepanjang hari tanpa kita sadari.
Cairan otak terus diproduksi dan diserap sehingga kebersihannya terjamin. Dengan cara bersirkulasi   cairan otak ini bertujuan untuk menjaga otak agar berfungsi optimal dapat tercapai. Produksi cairan otak ini pada manusia dewasa mencapai 500 cc dan terus bersirkulasi sehingga akhirnya masuk ke sistem peredaran darah.
Di dalam cairan otak terdapat anyaman pembuluh darah otak yang menunjang kinerja otak. Keberadaan  cairan otak ini mengamankan pembuluh darah dari cedera akibat benturan pada otak.
Infeksi cairan otak menimbulkan lingkaran setan yang memperburuk kondisi penderitanya
Infeksi pada sistem cairan otak akan mempengaruhi juga kinerja otak secara keseluruhan. Jika infeksi awalnya mengenai sistem cairan otak ini maka akan terjadi reaksi berantai jika sistem pertahanan tubuh gagal untuk mengatasi infeksi tersebut.
Pertama, peradangan/infeksi cairan otak akan menyebabkan terjadinya peradangan pada pembuluh darah yang melayang dalam cairan otak. Peradangan ini menyebabkan pembuluh darah yang pada awalnya lentur membesar dan mengkerut agar darah didalamnya lancar mengalir menjadi kaku, sehingga aliran darah akan terganggu. Akibatnya otak menjadi miskin suplai darah. Kinerja otak pun akan menurun.
Kedua, cairan otak ini pun akan bersinggungan dengan otak. Perdangan pada cairan otak akan menyebabkan penyebaran pada otak itu sendiri, kondisi ini yang disebut ensefalitis. Kondisi ini pun tentu akan menyebabkan penurunan kinerja otak.
Ketiga, peradangan/infeksi pada cairan otak ini akan mengganggu aliran cairan otak. Jika pada kondisi normal cairan otak selalu diproduksi dan diserap, maka pada meningitis kekentalan cairan otak dapat berubah sehingga alirannya akan terganggu. Lebih sering terdapat ganggua penyerapan. Gangguan aliran ini yang menyebabkan penumpukan cairan otak pada rongga otak. Kondisi ini yang disebut hidrosefalus. Jika pada anak hidroseafalus dikompensasi dengan membesarnya rongga kepala untuk menyelamatkan otak, tidak demikian halnya pada orang dewasa. Tulang kepala orang dewasa tidak mungkin lagi membesar, sehingga jika terjadi penumpukan cairan otak maka otak akan tertekan oleh cairan ini. Tentu kondisi ini pun akan menyebabkan kinerja otak menurun.
Otak sendiri memiliki fungsi beragam bagi tubuh manusia. Fungsi paling dasar adalah mempertahankan hidup yang terdiri atas pengaturan sistem pernapasan, peredaran darah, sistem sirkulasi dan beragam sistem lain yang berjalan secara otomatis. Fungsi selanjutnya adalah fungsi kesadaran dan berpikir. Jika kinerja otak terganggu maka secara langsung fungsi-fungsi tersebut pun akan menurun. Kondisi kesadaran dapat menurun sampai penderitanya koma. Selanjutnya jika penyakit terus berkembang berbagai sistem tubuh akan terganggu dan nyawa penderitanya akan tercancam.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menangani meningitis ini? Yang pertama adalah mengenali secara dini diagnosis meningitis. Gejala awal yang dapat mengarahkan ke meningitis adalah adanya gejala trias yaitu demam, kaku kuduk, serta sakit kepala yang berat. Kondisi lebih lanjut akan dapat terjadi penurunan kesadaran.
Selanjutnya perlu pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah serta cairan otak itu sendiri. Dapat dilakukan analisa mengenai komposisi yang ditemukan pada pemeriksaan darah dan cairan otak. Komposisi cairan otak menjadi petunjuk penting untuk penegakan diagnosis meningitis serta menentukan penyebab infeksi tersebut berasal dari bakteri, virus, jamur, atau penyakit lain seperti TBC.
Pemeriksaan CT Scan kepala menjadi keharusan untuk  melihat komplikasi lanjutan akibat meningitis ini. Dari pemeriksaan CT Scan kepala dapat diketahui adanya penumpukan cairan otak (hidrosefalus) serta komplikasi lain. Jika ditemukan penumpukan cairan maka harus segera diatasi agar ancaman nyawa dapat diselamatkan. Paling sering dilakukan pintasan agar cairan otak ini teralirkan dan tidak mendesak otak.
Langkah selanjutnya adalah pemberian obat-obatan untuk mengatasi meningitis. Obat utama adalah antibiotik sesuai dengan penyebab meningitis ini. Obat yang lain yang diberikan adalah untuk mengurangi reaksi peradangan  pada penderitanya. Selain itu tim medis akan memantau kondisi penderitanya dan memberikan obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan keadaan penderitanya.
Pandangan keliru sering menyebabkan keterlambatan penanganan
Meningitis sering dikaitkan dengan adanya santet, guna-guna, sehingga masyarakat penderitanya mencari pengobatan alternatif. Keluhan nyeri kepala dalam waktu lama dengan penyebab yang belum diketahui sering menjadi alasan masyarakat untuk mengaitkan dengan santet atau guna-guna. Pendapat lain adalah pengobatan herbal yang diharapkan dapat menangani meningitis. Hal tersebut dapat memperlama penderita meningitis untuk mendapatkan penaganan yang tepat sehingga kondisi meningitis akan bertambah berat. Padahal dalam kondisi tertentu meningitis termasuk kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan segera.
Kunci penanganan meningitis adalah pengenalan meningitis sedini mungkin. Sistem saraf (termasuk otak) adalah organ tubuh yang memiliki kemampuan pemulihan yang lambat, karena itu jika sudah mengalami cedera sulit untuk kembali ke kondisi awal sebelum cedera. Selain itu penanganan yang baik diharapkan akan memutus lingkaran setan meningitis sehingga diharapkan kematian dapat dicegah.